Minggu, 08 Juni 2008

Peringatan Hadeging Nagari Ngayogyokarto Hadiningrat ke 261

Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan masyarakat yang berhak menilai pengamalan misi pengabdian Kraton Yogyakarta. Yaitu 'Tahta untuk Rakyat' dan 'Tahta bagi kesejahteraan kehidupan sosial-budaya rakyat.'

Sri Sultan Hamengku Buwono X mengemukakan hal itu pada Majlis Tasyakur, Mujahadah Akbar dan Semaan Alquran peringatan 261 tahun Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di halaman Keben Kraton Yogyakarta, Rabu (4/6/2008) malam. Acara ini dihadiri sejumlah kyai diantaranya, KH A Mustofa Bisri dari Rembang, KH Zawawi Imron dari Sumenep Madura, KH Anwar Mansur dari Kediri serta sekitar 2.000 jamaah dari berbagai daerah.

Dijelaskan Sri Sultan HB X, keberadaan Kraton Yogyakarta sudah lebih dari dua setengah abad. Karena itu, sudah selayaknya untuk ditelusuri jejak sejarahnya, dengan mengukur seberapa besar Kraton Yogyakarta sudah menunaikan amalannya di tengah dinamika masyarakat.

Peringatan bersejarah ini, lanjut Sultan HB X, bersamaan dengan suasana Satu Abad Kebangkitan Nasional dan lahirnya Pancasila. Karena itu, momen ini sangat tepat untuk memohon ridho Allah SWT agar bangsa Indoensia mampu bangkit dari berbagai keterpurukan. Serta tumbuhnya kesadaran untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam perilaku keseharian. Sehingga bangsa Indonesia dapat menyatukan visi secara arif dan bijak hanya demi kepentingan bangsa seutuhnya.

''Semaan Alquran ini juga merupakan saat yang tepat untuk bersama-sama merefleksi keinsyafan kita dari ke-munkar-an, seraya meningkatkan ke-ma'ruf-an kita,'' kata Sultan HB X.

Dengan peringatan ini, kata Sultan HB X, niscaya dapat memetik hikmah ketika musibah datang. Sebaliknya bersyukur jika memperoleh nikmat dari Allah SWT sebagai amanah yang harus ditunaikan, baik dalam hubungan hablun minallah maupun hablun minannas.

Menurut Sultan HB X, agar hati tetap bersih dan pikiran jernih ada tiga proses pensucian hati. Pertama, proses doa bersama atau mujahadah. Kedua, muraqobah yaitu menumbuhkan keyakinan dan kesadaran bahwa apapun yang kita kerjakan Tuhan Maha Mengetahui. Ketiga, introspeksi diri atau muhasabah.

''Hati yang suci adalah hati yang dipenuhi dengan iman, hidayah, dan cahaya Illahi. Di dalamnya terdapat luapan rindu, cinta, ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT semata. Untuk mencapai kesucian, hati harus mengalami tiga proses pensucian tersebut. Sehingga hati tidak diselimuti sifat-sifat tercela yang membuat hati menjadi keras, buta atau beku,'' tandas Sultan HB X. ***